My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Jumat, 13 Desember 2024

Bagaimana Infrastruktur EV Charging Mendukung Transisi ke Kendaraan Listrik?
Desember 13, 20240 Comments
Assalamualaikum Sahabat. Transisi menuju kendaraan listrik (EV) adalah langkah penting dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Namun, keberhasilan transisi ini tidak hanya bergantung pada ketersediaan EV, tetapi juga pada kesiapan infrastruktur pengisian daya (EV charging). Infrastruktur yang memadai memberikan kepercayaan kepada pengguna untuk beralih ke EV, sekaligus mempercepat adopsinya secara luas.  

Pentingnya Infrastruktur EV Charging  

Salah satu kekhawatiran utama pengguna adalah kehabisan daya baterai di tengah perjalanan, terutama di daerah yang minim stasiun pengisian. Dengan infrastruktur pengisian yang tersebar luas dan mudah diakses, pengguna dapat merasa lebih tenang saat berkendara.  


Infrastruktur yang baik memungkinkan pengisian daya di berbagai lokasi strategis, seperti rumah, tempat kerja, pusat perbelanjaan, hingga jalan tol. Hal ini mempermudah pengguna untuk mengisi daya sesuai kebutuhan tanpa harus mengubah rutinitas mereka.  

Infrastruktur EV charging mendorong perkembangan industri terkait, seperti manufaktur charger, perangkat lunak pengelolaan daya, dan layanan pemeliharaan. Selain itu, peningkatan jumlah EV dapat menciptakan peluang baru bagi pelaku bisnis, seperti penyedia layanan pengisian daya.  

Elemen Utama Infrastruktur EV Charging  

Stasiun Pengisian Umum: Stasiun pengisian umum adalah tulang punggung infrastruktur EV. Lokasi-lokasi strategis seperti rest area, kota besar, dan pusat transportasi menjadi prioritas pembangunan untuk memudahkan pengguna.

EV Charging


Pengisian Daya di Rumah: Kebanyakan pengguna EV mengandalkan pengisian daya di rumah untuk kebutuhan harian. Pemerintah dan perusahaan listrik perlu memberikan insentif untuk pemasangan home charger, termasuk penyesuaian tarif listrik.  

Pengisian Cepat (DC Fast Charging): DC Fast Charging memungkinkan pengisian hingga 80% dalam waktu 20–40 menit, ideal untuk pengguna yang melakukan perjalanan jauh. Kehadiran fasilitas ini di rest area atau jalan tol meningkatkan kepercayaan pengguna EV.  

Aplikasi dan Teknologi Pendukung: Teknologi seperti aplikasi pencarian stasiun pengisian, pembayaran digital, dan pengelolaan energi cerdas memudahkan pengguna mengakses layanan EV charging.  

Aplikasi Pencarian Stasiun Pengisian Daya
Gambar diambil dari website Invi Indonesia
dan diedit dg Aplikasi Paint


Peran Pemerintah dalam Pengembangan Infrastruktur  

Kebijakan dan Regulasi: Pemerintah perlu menetapkan kebijakan yang mendukung pengembangan infrastruktur EV, seperti memberikan subsidi pemasangan stasiun pengisian, insentif pajak, atau kemudahan izin pembangunan.  

Kemitraan dengan Sektor Swasta: Kolaborasi antara pemerintah dan swasta, seperti perusahaan energi, pengembang properti, dan produsen EV, dapat mempercepat pembangunan infrastruktur.  

Standar Nasional: Penetapan standar untuk konektor, tarif, dan keamanan pengisian daya sangat penting agar pengguna dapat dengan mudah menggunakan fasilitas di seluruh wilayah.  

Tantangan dan Solusi  

Keterbatasan Infrastruktur di Daerah Terpencil. Solusi: Pemerintah dan perusahaan swasta dapat bekerja sama untuk membangun stasiun pengisian di daerah terpencil menggunakan energi terbarukan, seperti tenaga surya atau angin.  

Biaya Investasi yang Tinggi. Solusi: Memberikan insentif fiskal atau subsidi untuk perusahaan yang ingin membangun infrastruktur EV.

Kurangnya Edukasi Pengguna. Solusi: Kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran tentang manfaat dan cara menggunakan fasilitas EV charging.  

Infrastruktur EV charging adalah kunci utama dalam mendukung transisi ke kendaraan listrik. Dengan jaringan pengisian yang luas, efisien, dan mudah diakses, masyarakat akan semakin percaya untuk beralih ke EV. Pembangunan infrastruktur ini membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat demi menciptakan transportasi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Invi Indonesia adalah electric vehicle company yang berfokus pada pengembangan solusi mobilitas masa depan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan menghadirkan produk berkualitas tinggi dan teknologi mutakhir, Invi Indonesia mendukung transisi menuju transportasi bebas emisi yang efisien dan modern. Sebagai bagian dari upaya mewujudkan ekosistem hijau, Invi terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan mobilitas generasi saat ini dan mendatang.

Semoga informasi di atas bermanfaat bagi sahabat semua, wassalamualaikum.
Reading Time:

Senin, 02 Desember 2024

Wisata Religi Dengan Sewa Mobil Semarang
Desember 02, 2024 11 Comments
Assalamualaikum Sahabat. Semarang kini menjadi tujuan wisata religi bagi masyarakat muslim dari berbagai daerah di Indonesia. Sebagai orang Semarang saya cukup kaget saat beberapa bulan yang lalu mendapat telepon dari salah seorang sepupu yang tinggal di Depok. Dia menanyakan tempat wisata religi yang juga memiliki sejarah peradaban Islam di Semarang.

Saya jadi teringat beberapa tahun lalu pernah menemani teman yang berkunjung dan wiata religi di dua masjid besar di Semarang. Kedua masjid ini sudah saya tuliskan untuk rekomendasi sahabat bila ingin wisata religi di Semarang. Dalam kesempatan ini saya juga tambahkan 3 masjid lagi yang bisa sahabat pilih. 

1. Masjid Agung Jawa Tengah

Saya tuliskan Masjid Agung Jawa Tengah atau MAJT di urutan pertama sebagai destinasi wisata religi bernuansa Islam di Kota Semarang. Alasannya karena masjid ini lokasinya paling dekat dengan rumah saya. Masjid yang paling akhir dibangun dari beberapa daftar dalam artikel ini, menyimpan nilai artistik. 

Masjid Agung Jawa Tengah


Kalo sahabat pernah berkunjung ke masjid ini, pasti akan setuju dengan penilaian awam saya. Arsitektur dari fasad depan udah terlihat memadukan unsur arsitektur gaya Jawa dan Arab.  Terdapat kubah besar di bagian tengah tempat beribadah dan kubah kecil berjumlah empat di sekelilingnya. MAJT memiliki ciri khas dengan enam buah payung hidrolik raksasa yang berada di teras masjid. Model payung ini mengadopsi seperti yang terdapat di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. Halaman parkir yang luas sering terisi oleh bus pariwisata yang membawa jemaah masjid, ataupun rombongan pelajar, karyawan yang ingin melaksanakan shalat di masjid. 

Interior masjid sangat lah cantik dengan hiasan ukiran dan kaligrafi rumit nan indah. Seperti umumnya masjid besar, banyak pengajian dan kajian yang mendatangkan ulama dan ustadz dari berbagai wilayah. Fasilitas di masjid ini saangat lengkap, selain toko-toko yang menyediakan kebutuhan pengunjung, terdapat juga wisma tamu, dan gedung serbaguna.

Yang tak kalah menarik, ada Menara Asmaul Husna yang terletak di sebelah kiri setelah parkiran depan. Menara ini memiliki tinggi 99 meter dan pengunjung bisa naik ke atas dengan fasilitas lift. Bagian puncak menara adalah tempat pengunjung bisa menatap pemandangan Kota Semarang dengan berbagai sudut menarik. Bila cuaca bagus kalian bisa melihat kapal kapal yang sedang bersandar di Pelabuhan Tanjung Mas. Bagian dalam menara terdapat museum yang berisi dokumentasi Islam, naskah kuni, dan Al Quran raksasa. Pengunjung hanya dikenakan tiekt masuk ke menara ini sebesar 7.500 rupiah.

2. Masjid Jami Pekojan

Semarang adalah kota yang menjadi tempat persinggahan pedagang dari berbagai belahan dunia termasuk dari Tiongkok dan Gujarat. Sebagai salah satu tempat peninggalan sejarah agama Islam di Jawa Tengah, di Semarang terdapat beberapa masjid yang berdiri di dekat pesisir pantai Utara. Salah satunya adalah masjid bersejarah yang terletak di kawasan pecinan. Masjid bersejarah ini adalah Masjid Jami Pekojan.

Meski berada di kawasan pecinan, masjid ini berdiri kokoh di tengah permukimam warga keturunan Koja dan Gujarat. Koja dan Gujarat merupakan sebutan bagi pedagang Islam dari kawasan India dan Pakistan. Sangat menarik ya akulturasi budaya di Kota Semarang.

Yang tak kalah menarik adalah sajian bubur India setiap bulan Ramadan di masjid Jami Pekojan. Berawal dari kedatangan pedagang dari negeri India, Arab, dan Gujarat. Masjid ini dibangun pada tahun 1309 Hijriah atau 1878 Masehi oleh Haji Muhammad Azhari Akwan. Kedatangan para pedagang ini juga untuk mensyiarkaan agama Islam. Dan mereka membawa tradisi membuat bubur untuk dibagikan pada masyarakat selama bulan Ramadan. Sejak itu masyarakat setempat menyebut takjil tersebut sebagai Bubur India karena yang masak adalah orang India. 

Wisata Religi Semarang

Masjid Jami Pekojan terletak di Jalan Petolongan nomor satu, Kampung Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah. Akses menuju masjid ini sekitar setengah jam dari Bandara Ahmad Yani atau 15 menit dari Stasiun Besar Tawang ke arah Jalan MT Haryono, yang terkenal dengan Jalan Mataram.

3. Masjid Baiturrahman

Selain MAJT, ada satu lagi masjid di Kota Semarang yang layak menjadi destinasi wisata religi. Masjid Raya Baiturraahman yang terletak di kawasan Simpang Lima Semarang. Lokasinya yang berada di pusat keramaian memudahkan pengunjung yang datang dari luar wilayah Kota Semarang. Masjid yang menjadi salah satu ikon Kota Semarang kian memukau setelah direnovasi pada Agustus 2021 hingga Agustus 2022.

Masjid Baiturrahman

Pembangunan Masjid Baiturrahman diinisiasi oleh Yayasan Masjid Candi yang telah berdiri sejak tahun 1955 dengan pendirinya HM Bachroen, RMT Panji Mangunnegoro dan Ahmad Bastari. Beliau sangat berharap agar Masjid Baiturrahman dapat menjadi
landmark baru tujuan wisata di pusat Kota Semarang. Pada sisi depan, Masjid Baiturrahman ditambah dengan penambahan kolam reflektif dan air mancur, pohon, rumput hingga lampu pagar. 

Masjid ini juga terdapat toko yang menyediakan keperluan pengunjung, juga bank Muamalat, biro tour, haji dan umroh, serta fasilitas gedung serbaguna. 

4. Masjid Kauman 

Masjid Kauman Semarang atau yang juga dikenal sebagai Masjid Agung Semarang menjadi salah satu masjid yang menjadi daya tarik wisata religi bagi wisatawan yang berkunjung ke Semarang. Masjid yang berada di samping Aloon - Aloon Barat Kota Semarang ini merupakan masjid tertua di Kota Semarang yang didirikan pada 13 November 1890.

Secara detail, Masjid Kauman berdiri dengan kokoh dan megah dengan perpaduan cat eksterior berwarna hijau. Di sisi samping masjid terdapat menara yang menjulang tinggi. Menurut arsip Masjid Kauman Kota Semarang, bangunan masjid ini berdiri sudah sejak ratusan tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 13 November 1890. Masjid ini tak pernah sepi dari jemaah baik warga lokal maupun para pendatang dari berbagai daerah yang tengah melakukan aktivitas di Kota Semarang. 

Sewa Mobil Semarang untuk wisata religi

Setiap menjelang bulan Ramadan terdapat tradisi pawai Warak Ngendog yang menjadi penanda datangnya bulan puasa. Di Aloon Aloon terdapat beragam kuliner khas setempat yang selalu ramai oleh pengunjung. Saya suka beli nasi kebuli tiap ke kawasan ini.

5. Masjid Menara

Sebagai salah satu masjid peninggalan pedagang yang singgah di Indonesia, Masjid Menara atau Masjid Layur ini cukup kental dengan nuansa unik. Tempat shalat yang dipisahkan antara jemaah laki-laki dan perempuan mengadopsi seperti umumnya masjid yang ada di tanah Arab. Bangunan yang tergolong bersejarah di Kota Semarang ini dibangun sekitar tahun 1802 oleh para pedagang dari Yaman. Masjid ini terletak di tepi sungai yang dulu konon katanya menjadi tempat berlayar kapal-kapal pedagang. 


Masjid ini terletak di Kota Semarang, tepatnya berada di Jalan Layur, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara. Seperti Masjid Jami Pekojan, Masjid Menara ini juga punya tradisi unik setiap bulan Ramadan. Ketika saatnya berbuka puasa, takmir masjid akan menyediakan kopi Arab dan jajanan khas. Unik sekali yaa.

Saya yang sempat melaksanakan shalat fardhu siang hari itu tak merasakan udara panas Kota Semarang. Karena bangunan masjid yang indah dengan masih melestarikan interior jaman dulu, kisi-kisi yang memungkinkan udara dapat mengalir bebas ke seluruh ruang bagian dalam masjid.

Sebenarnya masih ada lagi beberapa masjid yang sering dijadikan kunjungan oleh wisatawan religi ketika di Semarang, seperti Masjid Qubro, Masjid Mbah Depok, dan ziarah Makam Kyai Sholeh Darat. Namun karena saya belum pernah mengunjungi tempat tersebut, saya belum bisa menuliskannya di blog ini.

Nah untuk mengunjungi beberapa wisata religi ini sahabat bisa memilih alternatif transportasi yang termudah. Namun tetap harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Bebas Mengatur Waktu Kunjungan

Bagi kalian yang ingin mengunjungi tempat wisata, lebih praktis menggunakan mobil sewa karena tidak tergantung pada transportasi umum. Perjalanan lebih fleksibel dan efisien dengan memudahkan kalian mengunjungi beberapa tempat dalam satu waktu.

2. Kenyamanan

Mobil sewaan biasanya lebih nyaman dibandingkan dengan transportasi umum. Sahabat bisa memilih mobil sesuai dengan kebutuhan, bisa mobil ukuran kecil maupun mobil mewah atau ukuran besar untuk rombongan. Jadi perjalanan akan terasa nyaman dan tidak melelahkan bagi kalian.

3. Biaya Lebih Efektif

Bagi rombongan atau keluarga yang bepergian bersama, menyewa mobil bisa lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan taksi atau layanan transportasi online secara terpisah. Sahabat bisa memilih penyedia jasa sewa mobil Semarang yang menawarkan paket sewa harian, mingguan, hingga bulanan dengan harga kompetitif.

4. Keamanan dan Privasi

Pilih penyedia layanan sewa mobil yang menjanjikan sopir berpengalaman dan menguasai medan jalanan. Dengan begitu sahabat akan merasa nyaman dan terjaga privasinya dibanding naik transportasi umum. 

5. Layanan Tambahan

Banyak jasa sewa mobil di Semarang yang menawarkan layanan tambahan seperti sopir profesional, antar jemput bandara, atau layanan wisata yang lengkap dengan Penawaran layanan ini sangat membantu wisatawan yang tidak familiar dengan Kota Semarang dan sekitarnya. 

6. Berbagai Pilihan Mobil

Jasa sewa mobil Semarang menyediakan berbagai pilihan mobil sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Mulai dari city car yang ekonomis, SUV yang tangguh untuk melintas jalan tanjakan, hingga mobil mewah untuk keperluan khusus seperti pernikahan. 

Saran saya kalo kalian pergi dalam jangka waktu lama karena dinas misalnya sampai satu atau dua bulan, bisa sewa mobil bulanan Semarang. Karena untuk nominalanya pasti lebih murah dibandingkan yang harian. Untuk yang ingin wisata sekeluarga, bisa loh sewa mobil innova reborn Semarang. Di samping mobilnya udah terlihat elegan, ruang duduknya pun lega jadi nggak berdesakan. 

7. Proses Pemesanan yang Mudah

Pemesanan sewa mobil saat ini lebih mudah dengan adanya kemajuan teknologi. Sahabat bisa dengan mudah melakukan pemesanan online yang praktis melalui aplikasi maupun website. 

Saya rekomendasikan tempat sewa mobil Semarang yang praktis untuk kalian gunakan sebagai alat transportasi saat wisata religi di Semarang. Sebenarnya ini juga rekomendasi dari suami saya yang pernah menyewa mobil DG Rent Car untuk klien dari Surabaya saat ingin wisata di Kota Semarang. Kebetulan klien suami ini tinggal di hotel dekat rumah kami. Jadi suami waktu itu menyarankan rental mobil Semarang Timur.

Sewa mobil murah Semarang yang terbaik  yaitu di Danakirti Group Rental Mobil Semarang. DANAKIRTI GROUP adalah perusahaan sewa mobil Semarang yang berdiri sejak tahun 2015 yang secara konsisten memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen. 

DANAKIRTI GROUP memiliki pengalaman selama 9 tahun melayani konsumen dengan servis yang terbaik. Menurut suamiku, Danakirti memiliki harga sewa mobil yang kompetitif. Oia, perusahaan layanan sewa mobil ini memiliki salah satu keunggulan menyediakan berbagai layanan paket kendaraan. Jadi sahabat bisa duduk manis menikmati perjalanan yang menyenangkan dan aman. 

Sewa Mobil Semarang


Pilih saja armada yang sesuai dengan kebutuhan dan budget kalian. Danakirti ini udah menyediakan paket sewa lengkap all in, seperti biaya driver, bahan bakar, biaya tol, parkir, bahkan air mineral pun ada. Driver juga udah pengalaman dan profesional, tidak ugal-ugalan karena mereka udah melalui proses seleksi dan memiliki lisensi lengkap. 

Danakirti Group terlokasi di Jl. Gisiksari (Samping Cluster Riverside) RT 04 RW 04 Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Layanan sewa mobil DG Rent Car tidak hanya melayani seputar Semarang, namun juga ke seluruh Indonesia, terutama Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur dan berbagai kota besar lain.

Silakan bagi sahabat yang ingin menggunakan fasilitas sewa mobil Semarang bisa menghubungi Danakirti Group di WA 0812 7057 0517. Atau bisa juga sahabat cek di website dgrentalmobil.com. Selamat menikmati kunjungan kalian di kota kami, wassalamualaikum. 
Reading Time:

Senin, 04 November 2024

Buku Dalam Dekapan Zaman, Beragam Cara Menjaga Bumi
November 04, 2024 20 Comments
Assalamualaikum Sahabat. Isu tentang perubahan iklim udah lama banget menjadi perhatian banyak kalangan. Sebagai warga bumi, saya merasakan perubahan iklim seperti suhu udara yang panas mulai tahun 2023 lalu. Terutama mengingat banyak tanaman hias saya yang tidak kuat menahan teriknya matahari. Perlu diketahui rumah saya menghadap barat. Namun tahun 2023 itu suhu sedemikian panasnya hingga merenggut sejumlah tanaman hias di teras rumah.


Kesukaan saya pada tanaman tidak padam karena kondisi tersebut. Saya mencari penyebabnya, mungkin karena tanaman merambat dan penahan panas di depan kurang bisa melindungi tanaman hias yang ada di teras. Akhirnya saya pun memasang paranet, jaring yang biasanya memiliki prosentase pelindung matahari untuk tanaman. Sekarang teras rumah sudah lumayan teduh karena ada penghalang sinar matahari langsung. 

Mengapa saya begitu ingin mengoleksi tanaman meski teras rumah sempit? Tentu saja karena saya terlahir dari seorang bapak yang suka berkebun. Dari bapak lah saya mengenal cara menanam berbagai jenis tanaman. Saya lambat laun menyukai kegiatan berkebun meski di teras yang sempit. 

Saya menyukai aroma embun yang terlihat di permukaan daun di tanaman yang ada di pot-pot di teras rumah. Meski sedikit, namun tanaman-tanaman itu mampu  mengundang kupu-kupu, burung liar, bahkan walang. Tidak saya sangka tanaman di kebun sempit itu menjadi oase saya saat pikiran suntuk karena pekerjaan. Mata saya kembali segar dan jernih usai menatap tanaman hijau di teras rumah.

Buku Dalam Dekapan Zaman

Saat pertama kali saya mendapat kabar terpilih menjadi pembaca untuk edisi pertama buku Dalam Dekapan Zaman, saya bahagia sampai ingin berteriak kegirangan. Dan begitu buku tersebut tiba di depan mata, saya berkali-kali mengucap syukur. 

Saya memang baru mengenal Ibu Amanda Katili melalui sosial media. Dari beberapa artikel yang seringkali menyertakan nama beliau di berbagai event tentang krisis iklim, pangan sebagai sumber bencana maupun penyelamat bumi, dan masih banyak lagi yang lain. Itu lah sebabnya saya sungguh bangga akhirnya bisa ikut membaca buku Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi.

Pertama kali memegang buku setebal lebih dari 400 halaman ini sempat membuat saya gamang. Apakah saya mampu menyelesaikan isi buku tak lebih dari 10 hari? Karena saya harus menuliskan review tentang buku ini. Namun saya yakin perjalanan membaca buku Dalam Dekapan Zaman akan menjadi salah satu momen terindah dalam hidup saya sebagai pecinta buku.


Buku ini menggambarkan lebih dari sekadar perjalanan di bidang lingkungan hidup, perubahan iklim dan keberlanjutan bagi sosok Ibu Amanda Katili Niode. Semua yang telah dikerjakan oleh beliau sebagai pegiat bumi selaras dengan pendidikannya. Ibu Amanda lulusan Sarjana Biologi dengan konsentrasi Ilmu Lingkungan ITB, gelar Doktor dari School of Environment and Sustainability, University of Michigan Ann Arbor dan MSc dari American University, Washington DC dalam Ecology & Environmental Management.

Perjalanan panjang karirnya menunjukkan kecintaan Ibu Amanda pada Bumi. Beliau adalah pemerhati lingkungan yang merelasikan keseimbangan bisnis yang ramah lingkungan. Kehadirannya sebagai coach bagi 20 ribuan perempuan pemilik UMKM di Indonesia tentu menjadi hal yang menarik. 

Buku ini dilengkapi dengan 17 testimoni dari generasi muda, pengusaha, para pakar, dan tokoh masyarakat, termasuk Emil Salim, Rachmat Gobel, Suzy Hutomo, Daniel Murdiyarso, Gita Wirjawan, Erros Djarot, dan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo.

Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi mengisahkan sejumlah hasil pemikiran dan tindakan Ibu Amanda Katili Niode menanggapi krisis di Bumi. Buku ini juga menggambarkan dirinya sebagai pegiat lingkungan yang ingin terus berbagi pengalaman transformasi pribadinya dalam pengembangan diri, kepemimpinan, dan komunikasi. 

Dengan gaya narasi yang kuat, Ibu Amanda memadukan kisah-kisah inspiratif dan wawasan mendalam, serta kiat-kiat pemecahan masalah yang menunjukkan bahwa tantangan di tingkat lokal, nasional, hingga global dapat menjadi pemicu perubahan diri yang signifikan. 

Tak terbayangkan betapa luar biasanya pengalaman yang akhirnya dituliskan dalam setiap memoar oleh Ibu Amanda. Nyaris sepanjang usianya, dari Amanda kecil hingga dewasa yang sering diajak sang ayah bertemu tokoh dunia. Bahkan perjalanan profesinya yang mengharuskan beliau menghadiri pertemuan internasional terkait lingkungan hidup, perubahan iklim dan berkelanjutan, entah itu diundang ataupun atas biaya instansi tempatnya bekerja.

Kalo boleh saya sebutkan, buku ini bukan sekadar memoar. Namun kisah seorang Ibu Amanda, Pegiat Harmoni Bumi yang sangat memahami setiap tindakan yang beliau lakukan dan dituturkannya dalam sebuah buku. 

Saya tersentuh membaca salah satu testimoni dari Budayawan Erros Djarot :

So, Amanda, teruskan langkahmu dan terus lah melangkah...hingga sang Maha Pencipta memintamu berhenti; karena hanya Dia-lah yang bisa dan berhak menghentikanmu!

Peran Ayah Yang Membentuk Kecintaan Pada Bumi

Begitu membuka buku sejak halaman pertama saya sudah terpacu menikmati rangkaian kalimat dengan narasi yang dalam. Tentunya semua karena pengalaman dan perjalanan karirnya, serta kesempatan Ibu Amanda bertemu dengan banyak orang hebat yang peduli dengan Bumi. Setelah selesai membaca buku ini, saya melihat Ibu Amanda ibarat Bumi, planet yang dinamis dan hidup.

Bumi yang menyediakan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk keberlangsungan makhluk hidup, terutama adanya tanah, air, udara, dan energi. Semua ini bila dimanfaatkan secukupnya dan tidak berlebihan tak akan muncul masalah di Bumi seperti saat ini. 

Ketertarikan Ibu Amanda pada Bumi tentu hal wajar mengingat peran orang tuanya yang sejak kecil sudah mmendekatkannya dengan alam. Ibu Amanda bahkan mengingat kesigapan sang kakek dari pihak ibu, Abdul Uno yang profesinya sebagai inspektur kehutanan di zaman Belanda. Tugas sang kakek adalah menghutankan dan menjaga lingkungan di kawasan Indonesia Timur. Dan ketika tinggal di Gorontalo, bila melihat setitik api di hutan, kakeknya tidak segan langsung mendatangi lokasi api dengan mobilnya. Bersama stafnya, kakek akan berusaha memadamkan api. 

Kesetiaan kakeknya pada bidang pekerjaan di luar jam kerja, menjadi landasan cara berpikir Ibu Amanda. Sebuah tanggung jawab profesi yang seribu persen dilakukan demi menjaga Bumi.

Sejak kecil peran orang tua terutama sang ayah telah membentuk pribadi Ibu Amanda menyukai Bumi. Ayahnya selalu mengajak anak-anaknya terlibat dalam diskusi tentang alam. Ketika dia masih berusia 11 tahun, ayahnya bertanya :

"Non, apa kata yang bagus untuk  menggambarkaan awan?
"Mega!" Amanda kecil menjawab sambil terus bermain boneka.

Ayahnya mengutip Firman Allah dalam Al-Qur'an surat An Naml ayat 98:"Dan kamu memandang gunung-gunung itu, kamu sangka dia tidak bergerak, padahal ia berlalu laksana beraraknya mega..." (halaman 5)

Menarik banget keikutsertaan ibu Amanda saat mendampingi ayahnya dalam kongres atau pertemuan ilmiah di dalam maupun luar negeri. Meski beliau tidak mahir berbahasa Inggris, namun oleh sang ayah, Ibu Amanda diminta untuk mendengar, menulis, mencatat, dan berbicara dengan para ilmuwan asing. Menurut ayahnya, dia bisa belajar bahasa asing meski paham atau tidak, nanti akan jadi terbiasa.

Perjalanan keluar negeri yang kadang tidak cocok dengan jadwal belajar di kampus, ternyata menimbulkan masalah dengan dosennya. Ibu Amanda dianggap keluar negeri untuk bersenang-senang sementara teman-temannya kuliah. 

Terlepas dari ketidaksukaan sang dosen, saya melihat keterlibatan Ibu Amanda sejak muda dengan kegiatan ayahnya, menjadi pupuk yang subur hingga berkembangnya wawasan berharga pada diri beliau. Ini yang membangun karir beliau hingga bisa melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan perubahan iklim secara global.

Setiap ucapan, juga tindakan ayahnya nampaknya sangat berperan besar bagi Ibu Amanda mengambil keputusan dalam hidupnya. Seperti saat beliau memilih kuliah di Bandung dan tinggal jauh dari keluarga. Alasannya karena ingin mengikuti jejak sang ayah kuliah di ITB.

Menggugah Kekuatan Cerita Pribadi, Mengumpulkan Memoar Sukarelawan

Sebagai pegiat harmoni Bumi, Ibu Amanda yang senang membaca karya penulis dari berbagai negara, sangat detil menuturkan pengalaman dan hasil pemikiran dalam buku ini. 

Salah satu penulis favorit beliau adalah Kim Stanley Robinson yang berasal dari Amerika. Tentu saja tema buku non fiksi seputar perubahan iklim, pola cuaca, dan ekosistem. 

Dengan banyaknya karya penulis yang sudah dibaca, membuat Ibu Amanda ingin mengumpulkan memoar dari sukarelawan The Climate Reality Project. Organisasi nirlaba ini didirikan oleh mantan wakil presiden Amerika Serikat dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, Al Gore. Organisasi ini memiliki misi katalisasi solusi global terhadap krisis iklim penyebab berbagai bencana, serta menjadikan tindakan mendesak sebagai kebutuhan di setiap lapisan masyarakat.

Climate Reality Indonesia sebagai bagian dari The Climate Reality Project merupakan perkumpulan independen dengan sukarelawan dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka mendapat pelatihan dari Al Gore serta sejumlah ilmuwan, komunikator, serta aktivis.

Naskah yang terkumpul oleh Climate Reality Indonesia terdiri dalam beberapa bahasa dan merupakan pengalaman pribadi penulisnya. Tulisannya merupakan aha moment yang dialami baik terkait ilmu pengetahuan, dampak, solusi, maupun aksi perubahan iklim. Kisah inspiratif yang dilakukan oleh pejuang peduli lingkungan dan perubahan iklim. 

Jadi memoar yang mereka tuliskan merupakan cerita pribadi dan bukan berdasar cerita orang lain. Memoar biasanya berisi refleksi yang penuh wawasan, narasi yang emosional dan eksplorasi mendalam tentang pertumbuhan seseorang. Atau bisa juga berupa pemahaman yang dirasakan saat mengalami satu peristiwa.

Pengampu situs web Perfect Memoirs, Deborah Willbrink menjelaskan ada 4 manfaat kesehatan yang akan diperoleh secara holistik saat seseorang menuliskan kisah hidupnya. Yaitu 
  • Pertama, dengan menceritakan momen penting dalam kehidupannya, seseorang akan menyadari identitas dirinya
  • Kedua, melestarikan kisah hidup akan meninggalkan warisan bermakna yang mengangkat keterhubungan antar generasi
  • Ketiga, menulis memoar dapat memberdayakan seseorang karena mengingat masa-masa kekuatan dan keberhasilan, dapat membangun jalan untuk diikuti lebih banyak pencapaian
  • Terakhir adalah kenangan tentang kehidupan adalah alat untuk memahami kehidupan seseorang dan memaknainya
Dari kisah yang terkumpul ada cerita seorang pejuang Bumi tentang para nelayan yang kesulitan mencari ikan di laut. Kebayang nggak sih, berlayar di tengah laut demi mencari ikan yang berkurang karena efek perubahan iklim. Dulunya saat kakek buyutnya berlayar, cukup menyerok ikan menggunakan kaos bekas disulap jadi jaring. Dan kakeknya ini menyerok ikan juga hanya berjarak 10 meter dari bibir pantai. 

Seorang pejuang Bumi, Lia Zakiyyah menuliskan kisah berjudul "Perjalanan Pribadi untuk Menerima Diri Sendiri". Seseorang yang mengeruk sumber daya untuk mencapai tahta atau harta, menekan masyarakat marjinal, membabat satwa langka, bisa jadi karena dia belajar mematikan rasa karena tidak suka menghadapi emosi dirinya.

Saya jadi teringat ketika suami mendapatkan kesempatan bekerja untuk penyediaan pasir besi. Dia mengajak saya berdiskusi tentang prospek penghasilan yang akan didapatkan. Saya sejak awal menentang karena pekerjaan itu sama saja merusak Bumi. Akhirnya dia tidak menerima pekerjaan tersebut setelah perenungan yang cukup panjang. Apalagi setiap hari saya ingatkan suami agar tidak mengeruk sumber daya alam semaunya pemilik modal. 

Meski tidak bisa menjadi pejuang bumi, setidaknya kami tidak ikut merusak bumi hanya demi harta untuk memperkaya diri. 

Sementara itu kembali pada pengumpulan karya para pejuang Bumi, ternyata tidak sesuai ekspektasi karena harapannya bisa terkumpul 100 karya tulisan. Jadi Ibu Amanda harus merasa puas dengan 93 karya yang masuk ke Climate Reality Indonesia. Buku dengan judul "Menjalin Ikhtiar Merawat Bumi, Memoirs by Climate Reality Leaders" diluncurkan saat ada perhelatan akbar tentang perubahan iklim di kota Sharm El-Sheikh, Mesir. (halaman 44)

Ibu Amanda Katili mengungkapkan ketakjubannya karena dalam buku tersebut ada naskah putra-putrinya. Kebetulan mereka juga aktif beraktivitas di bidang lingkungan hidup dan perubahan iklim. Terzian Ayuba Niode menulis "Makna Sukarelawan Bagi Seorang Bankir". Sedangkan artikel Karida Humaira Niode berjudul "Aktivis Iklim dan Pelaku UMKM".

Menurut Ibu Amanda, menulis memoar ternyata bisa menjadi pengikat keluarga. Tulisan Karida Humaira saya sertakan di bawah ini.


Saya sangat menikmati tulisan Karida Humaira yang merasa bukan sebagai aktivitas lingkungan. Namun pada masa pandemi dirinya sempat menanam berbagai jenis bibit sayuran. Ahh jadi kebayang saya pun melakukan hal sama, menanam sayuran pokcoi, kangkung, cabe dan tomat.

Namun bedanya, Karida juga berbagi paket bibit sayuran dari yang ditanam kepada tetangga sekitar rumah yang berpenghasilan rendah dan yang membutuhkan.

Peran Kita Sebagai Warga Bumi

Perempuan meliputi setengah populasi dunia termasuk di Indonesia. Dengan makin banyaknya keikutsertaan perempuan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan secara tingkat tinggi, akan membuka pintu bagi tindakan iklim yang makin efektif. Keterlibatan perempuan juga akan mendorong jenis investasi domestik yang diperlukan untuk memerangi krisis iklim. 

Saya percaya perempuan juga sebagai penentu keputusan belanja keluarga. Apabila aktivitas harian belanja keluarga diikuti dengan gaya hidup berkelanjutan alangkah indahnya Bumi. Pilihan gaya hidup memengaruhi dunia yang ada di sekitar kita. Dengan menjadi bagian warga yang setia menjaga Planet Bumi, mengubah kebiasaan kecil dan membuat pilihan yang tidak berbahaya bagi lingkungan. 

Langkahnya mudah namun apakah mau atau tidak untuk melakukannya. Misalnya, membangun rumah hemat energi dengan banyak ventilasi. Kita bisa memilih jalan kaki atau bersepeda, atau menggunakan transportasi umum untuk belanja atau ke tempat kerja. Bisa juga dengan mengurangi limbah pangan, menyiapkan makanan secukupnya, berkebun sayur dan mendaur ulang sampah organik dapur. 

Banyak yang bisa kita lakukan sebagai perempuan dan warga Bumi. Saya sudah lebih dari 10 tahun menjalani beberapa hal demi menjaga Bumi. Dan salah satu yang dimaksud oleh Ibu Amanda tentang donasi pakaian. Rumus saya adalah kalo membeli 1 baju, ada 3 baju yang harus dihibahkan. Dan saya bersyukur  mengenal orang yang bersedia menerima baju yang masih bisa dipakai dengan pantas. 

Dulu saat pandemi saya sempat mengolah sampah dapur menjadi kompos. Namun kemudian terhenti karena lahan yang terbatas. Sekarang ini saya mulai lagi membuat kompos cair yang tidak membutuhkan ruang luas. Jadi saya masukkan kupasan kulit sayur dan buah ke dalam toples atau botol. Dengan campuran bahan lainnya, saya diamkan selama 30 hari untuk kemudian saya aplikasikan untuk memupuk tanaman secara organik. 

Saya senang bisa ikut sedikit menyumbang pengurangan sampah organik. Kebayang nggak sih kalo sampah makanan sisa atau organik ini ketika kita buang ke tempat pengumpulan sampah di luar sana? Jika sampah makanan membusuk, akan melepaskan emisi gas rumah kaca yang tidak bisa diabaikan begitu saja karena jumlahnya mencapai puluhan ton. Saya ngeri setelah banyak membaca artikel tentang sampah yang tidak dikelola dan hanya dibuang di TPA. 

Sebenarnya saya masih ingin bercerita tentang beberapa inspirasi yang saya temukan dari isi buku ini. Namun rasanya tidak asik juga ya, alangkah lebih baik bila kalian baca juga bukunya. 


Sahabat bisa mendapatkan Buku Dalam Dekapan Zaman dengan menghubungi langsung penerbit Diomedia di nomor 0856-4376-2005 dengan harga : Rp.  145.000,00 (belum termasuk Ongkir). Sementara bermanfaat, wassalamu'alaikum.
Reading Time:

Sabtu, 02 November 2024

Plepah Mengubah Limbah Jadi Berkah
November 02, 2024 16 Comments
Assalamualaikum Sahabat. Aktivitas harian yang padat telah mengubah masyarakat Indonesia menyukai hal yang instan. Keluarga muda banyak yang mengubah kebiasaan menyajikan hidangan dari dapur rumah dengan memilih membeli makanan dari luar. Perilaku ini rupanya tidak hanya terjadi di kota besar, saya melihat beberapa kota kecil di Indonesia pun memiliki kecenderungan serupa.

Perubahan perilaku ini menjadi penyumbang sampah kemasan terbesar di Indonesia. Setiap hari masyarakat berkontribusi  hingga 20 juta kemasan makanan bekas yang butuh waktu ratusan tahun untuk terurai. 

Kalo merujuk data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di 18 kota Indonesia, pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 0,27 ton hingga 0,59 juta ton sampah masuk ke laut. Dan kalian tentunya sudah membaca kabarnya saat itu di portal berita bahwa sampah tersebut didominasi stirofoam. Yang paling menyedihkan adalah sampah stirofoam membutuhkan waktu sekitar 500 tahun sampai 1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah.

Masalah sampah ini mengusik hati seorang anak muda, yaitu Rengkuh Banyu Mahandaru, Sarjana Desain Produk di Institut Teknologi Bandung. Dia terinspirasi ide mengolah produk hasil hutan non kayu menjadi wadah makanan. 

Dokumentasi : Eva Martha Rahayu

Idenya muncul saat dia berkesempatan keliling ke beberapa negara sebagai product designer tempatnya bekerja. Salah satu negara tersebut adalah India, yang memiliki kearifan lokal menggunakan dedaunan sebagai pembungkus makanan. 

Cerita Awal Mula Plepah Hadir 

Kearifan lokal warga India yang masih menggunakan daun-daunan sebagai perlengkapan makanan menarik perhatian Rengkuh. Dia melihat warga di sana masih menggunakan daun untuk membungkus atau sebagai wadah makanan. Hal ini pernah dilakukan masyarakat Indonesia dulu. Sekarang sayangnya sudah sangat sulit dijumpai warga yang menggunakan daun sebagai pembungkus makanan.

Rengkuh yang merasa gelisah dengan kondisi tersebut, ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat secara luas. Dia akhirnya mendirikan Plepah bersama dua temannya, startup yang melakukan proyek riset dengan membuat bahan-bahan turunan dari agrikultur untuk kemasan makanan alternatif. 

Seperti diketahui Indonesia memiliki potensi kekayaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang sangat besar untuk dikembangkan.  HHBK adalah hasil hutan hayati nabati ataupun hewani beserta produk turunannya, kecuali kayu yang berasal dari hutan. Nah, salah satu HHBk adalah tanaman Pinang.

Pinang memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi. Selain buah dan biji, limbah daun pelepah pinang juga memiliki nilai ekonomis. Artinya memiliki nilai manfaat bagi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Dalam proses membangun Plepah, Rengkuh rela meninggalkan pekerjaannya sebagai product designer salah satu studio desain. Rengkuh ingin keluar dari zona nyaman dan merasa bisa berkontribusi dengan keahliannya. Tahun 2018 Plepah mengajak kerjasama dengan multi pihak yaitu NGO yang fokus untu konservasi hutan.

Pada tahun yang sama pula, tengah marak kebakaran hutan. Rengkuh berinisiatif menjalin komunikasi intensif dengan para petani karet dan sawit. Dia memberikan edukasi agar mereka tidak iseng mengekstraksi hutan dengan membakar atau pun menebang pohon sembarangan. 

Sejak awal fokus Plepah di Sumatera khususnya Desa Teluk Kulbi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi dan Desa Mendis, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Plepah mengembangkan dan memproduksi produk kemasan ramah lingkungan seperti piring, mangkok dan kontainer makanan.

Dokumentasi Plepah


Rengkuh menciptakan waktu yang lebih produktif dengan konsep berbasis komunitas serta memberdayakan desa dan masyarakat di Sumatera Selatan dan Jambi. Masyarakat diajak mengolah limbah agrikultur komoditas pohon pinang sebagai pendapatan ekonomi alternatif. Yaitu menggunakan limbah pelepah pinang untuk diubah menjadi produk akhir eco friendly food packaging dan foodware.

Untuk pengoperasian limbah tersebut Plepah menggunakan skema micro manufacturing. Skema tersebut dipilih agar teknologinya bisa diadaptasi oleh masyarakat di pedesaan, terutama di area-area terpencil. Hal ini dilakukan mengingat tempat pengolahan awal berada di tengah-tengah perkebunan karet dan kelapa sawit.

Proses produksi juga dengan menggunakan sumber listrik dari solar panel, turbin air, atau daya yang lebih hemat. Mesin produksi juga didesain yang praktis dengan maksud memudahkan distribusi dan tidak memerlukan banyak ruang.

Tantangan Yang Harus Dihadapi Plepah

Bagi Plepah hal yang sulit saat mengembangkan produk ramah lingkungan tidak hanya pada riset. Meski memang tidak dipungkiri riset ini menjadi masalah utama yaitu pendanaannya yang sulit. Terlebih dahulu juga Plepah belum banyak dikenal, beda dengan sekarang yang mulai dimudahkan dengan akses pendanaan. Namun masih tetap bukan hal mudah juga.

Selanjutnya, tantangan mengenai edukasi terhadap stakeholder petani. Komoditas yang dianggap oleh petani berupa sawit, karet, pisang, atau apapun itu yang memang sudah menghasilkan nilai ekonomi. Sementara apa yang ditawarkan Plepah adalah sesuatu yang baru, ekosistem ekonominya belum terbangun. Pelaku-pelaku yang seharusnya hadir di setiap bagian belum ada. Waktu itu memang masih belum banyak mendapat tanggapan atau respon yang baik. 

“Itu juga jadi tantangan tersendiri untuk kami bisa membangun rantai pasok. Jauh sebelum rantai pasok terbangun, kami juga kesulitan meyakinkan bahwa ini punya value ekonomi, di sisi lain juga menjadi sebuah solusi terhadap masalah kemasan tidak ramah lingkungan yang begitu mengganggunya di kota besar,” katanya.

Potensi Pinang di Daerah Papua Dan NTT

Riset ini juga memetakan potensi pinang di Papua dan NTT. Pelepah pinang hampir tidak memiliki nilai dan dianggap sebagai limbah pertanian karena itu pada umumnya dibuang atau dibakar, terutama selama musim hujan karena dapat menjadi sarang nyamuk.

Dokumentasi dari mongabay.co.id

Pendiri Plepah, Rengkuh Banyu melihat potensi yang sangat besar untuk mengalihfungsikan limbah pohon pinang ini secara berkelanjutan.

Rengkuh bersama dua kawannya Almira Zulfikar dan Fadhan Makarim, yang juga lulusan Institute Teknologi Bandung, mengembangkan dan memproduksi mesin tepat guna untuk mengoptimalkan produksi piring dan kontainer makanan dari pelepah Pinang.

Rengkuh menyebutkan bahwa rata-rata petani memiliki lahan 2-3 hektar kebun Pinang. Dari luas kebun itu bisa menghasilkan 5-10 kilogram pelepah yang jatuh dari pohonnya perhari. Kemudian pelepah ini dikumpulkan dan disetorkan ke pabrik. Teknik pemrosesan dibikin menjadi wadah makanan berupa alat cetak pemanas. 

dokumentasi bisnis.tempo.co


“Pertama disterilkan lalu dipres atau dicetak dengan mesin khusus. Tak ada tambahan bahan lain. 1 lembar pelepah biasanya bisa dicetak menjadi 3-4 piring dengan tutupnya. Kalau dijadikan kontainer makanan seperti piring Hokben bisa 2-3 buah,” 

Produksi awal mereka sebesar 500 buah per bulan sambil terus melakukan riset dan pengembangan produksi. Kini memasuki 2024 omset Plepah sudah miliaran rupiah dengan kapasitas produksi mencapai 20.000-30.000 buah per bulan.

Plepah saat ini sedang membenahi alur pengumpulan bahan limbah dari masyarakat sekitar perkebunan. Hal ini dilakukan untuk menghindari praktek monopoli harga yang bisa merugikan tidak hanya Plepah tetapi juga petani.

Pemasaran Produk Ramah Lingkungan Plepah

Plepah mampu membuat produk ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah pelepah Pinang. Mereka juga berhasil mengajak masyarakat sekitar perkebunan pinang untuk mengumpulkan pelepah dan menjadi tambahan penghasilan bagi mereka. Langkah berikutnya tentu saja pemasaran produk ramah lingkungan yang diharapkan mendapat pasar yang luas.

Sebagai informasi, kemasan atau wadah makanan ramah lingkungan terbuat dari pelepah Pinang ini dijual seharga Rp 2.000-4.000 per buah berupa piring, mangkok dan kontainer makanan, semuanya dengan tutupnya.

Pemrosean pencetakan pelepah Pinang menjadi wadah makanan setelah proses sterilisasi dengan sinar UV, di pabrik Plepah, Tanjung Jabung Barat, Jambi dan Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. 

Pemasaran yang sudah dilakukan terbagi lokal dan ekspor. Di Indonesia sudah terbentuk kalangan yang mengutamakan produk ramah lingkungan, seperti di hotel dan restoran di beberapa kota besar. 

Untuk pemasaran keluar negeri, sudah dilakukan pengiriman satu kontainer yang memuat 240 ribu buah produk Plepah ke negara Jepang. Proses negosiasi dengan Jepang lebih mudah karena syarat white label dan terbiasa menerima produk anyaman dan rotan. Mereka secara terbuka bisa dengan mudah menerima aneka wadah dari pelepah Pinang.

Pada April 2023 Plepah mewakili Indonesia dalam pameran teknologi industri tingkat dunia Hannover Messe 2023 di Jerman. Plepah hadir sebagai perwakilan startup yang mempresentasikan inovasi maupun potensi investasi di sektor ramah lingkungan.

Rengkuh menuturkan antusiasme masyarakat di sana sangat tinggi pada produk sustainability. Dari pameran tersebut Plepah banyak mendapatkan permintaan dan ajakan bermitra bersama distributor dari Jerman dan beberapa negara di Eropa. Bahkan potensi kerjasama pun hadir dari Kanada dan beberapa negara Amerika Selatan.

Kerjasama dalam berbagai bentuk, seperti investasi serta kerjasama usaha. Yaitu permintaan produk untuk diekspor ke berbagai negara seperti Kanada, Jerman, Swedia, dan Belanda. Jumlah permintaan rata-rata satu kontainer sekitar 200.000 produk.

Ekspor ditargetkan terwujud tahun ini. Rengkuh berharap dari harga produk di pasar internasional yang sudah bisa kompetitif, bisa mensubsidi produk yang dipasarkan di dalam negeri.

Produk Plepah Berfokus Pengolahan Limbah

Awal tahun 2024, Plepah mulai fokus mengembangkan pelet yang terbuat dari limbah tanaman lainnya. Seperti tanaman tebu, bonggol jagung, dan lainnya yang diolah sebagai bahan bakar alternatif di PLTU. Hal ini diniatkan untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar batubara. Jadi dengan produk dari Plepah nantinya PLTU diharapkan sedekit demi sedikit mengurangi ketergantungan terhadap batubara. 

Plepah juga bekerja sama dengan Pusat Penelitian Biomaterial LIPI di Cibinong, Jawa Barat. Kerja sama ini bertujuan mengembangkan bahan-bahan alami produk perkebunan sebagai alternatif kemasan sekalai pakai. Bahan-bahan yaang diteliti seperti batang pohon pisang, sorgum, tongkol jagung, serat kelapa, dan bambu. 

Sebuah perjalanan panjang dari tiga anak muda yang memiliki kepedulian pada lingkungan. Dan Rengkuh Banyu Mahandaru telah terpilih sebagai salah seorang Penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards dari DKI Jakarta. Perjuangannya mengangkat limbah pelepah Pinang menjadi produk yang bermanfaat secara ekonomis dan lingkungan. 

Apresiasi Satu Indonesia Awards merupakan program pemberian apresiasi oleh PT. Astra International Tbk untuk generasi muda Indonesia yang berprestasi dan mempunyai kontribusi positif untuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Ada lima bidang yang bisa diajukan sebagai penerima award, di antaranya Kesehatan, pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi. Semoga kalian yang membaca artikel ini memiliki kesempatan menjadi penerima award berikutnya. Wassalamualaikum.


Sumber Materi :
~ https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards
~ https://swa.co.id/read/406666/cerita-rengkuh-bangun-startup-plepah-berawal-dari-keresahan
~ https://www.greeners.co/ide-inovasi/plepah/
~ https://teknologi.bisnis.com/read/20231106/266/1711430/asa-dari-seikat-pelepah-untuk-masa-depan-bebas-sampah

Reading Time:

Senin, 23 September 2024

Review Drama Korea Welcome to Samdal Ri, Balikan Sama Mantan
September 23, 20240 Comments
Assalamualaikum. Awal tahun ini mendadak saya tertarik dan ngeklik drama Korea Welcome to Samdal-ri. Padahal sejak Desember udah sering seliweran di layar TV kalo saya buka Netflix. Entah kenapa nonton thumbnail nya kok kebayang nya tuh genre fantasy. Gara-garanya ada semacam rumput laut yang nempel di tubuh Shin Hye Sun yang memerankan Oh Sam Dal. Wkwkwkk, halu banget membayangkan dia siluman air.

Ini sih efek sebagai penikmat drama Korea yang nggak ngikutin hebohnya drama serial terbaru. Jadi beneran buta tentang Drakor satu ini. Makanya saya termasuk telat nonton, baru akhir bulan Januari 2024 mulai tertarik memilih tayangan ini. Dan saya langsung terpikat dengan kehebohan Oh Sam Dal dan Yong Pil (Ji Chang Wook). Duhhh mereka tuh cocok banget jadi mantan kekasih di serial ini. 

Welcome to Samdal Ri


Padahal aslinya tuh Drama Korea Welcome to Samdal-ri udah bisa disaksikan mulai hari  Sabtu tanggal 2 Desember 2023 di Netflix. Tapi gak apa sih karena malah asik, nontonnya jadi enak. Karena saya males nonton on going.

Yang menarik dari Drama Korea komedi romantis ringan ini, menampilkan tradisi dan kebudayaan Pulau Jeju. Tahu dong kalo pulau ini memiliki pesona alam serta budaya yang unik.

Salah satunya adalah profesi Haenyeo yaitu sebutan untuk penyelam perempuan yang memanen hasil laut tanpa menggunakan alat bantu pernapasan. Keren banget sih karena hanya perempuan yang menjadi Haenyeo di sini.

Haenyeo

Pemeran Welcome to Samdal-ri

Ji Chang-Wook sebagai Jo Yong-phil
Shin Hye-sun sebagai Cho Sam-dal
Seo Hun-chul sebagai Appa Cho Pan-sik
Kim Mi-kyung sebagai Oemma Go Mi-ja
Shin Dong-mi sebagai Cho Jin-dal
Kang Mi-na sebagai Cho Hae-dal
Kim Do-eun sebagai Cha Ha-yul (putri Hae-dal)
Yu Oh-seong sebagai Cho Sang-tae (appa Yong-phil)

Lee Jae-won sebagai Wang Kyung-tae
Bae Myung-Jin sebagai Cha Eun-Woo 
Kang Young-seok sebagai Boo Sang-do
Yang Kyung-Won sebagai Jeon Da-Young 
Kang Gil-Woo sebagai Ko Chul-Jong 
Kim Min-Chul sebagai Kong Ji-Chan 
Baek Hyun-Joo sebagai Oh Geum-Sool 
Kim Mi-Hwa sebagai Yang Boo-Ja 
Yoon Jin-Sung sebagai Jeon Hye-Ja 
Sazal Mahamud sebagai Kim Man-Soo 

Lee Tae-Hyung sebagai Han Suk-Gyu 
Kim Hyun-Mok sebagai Kang Baek-Ho 
Jo Yun-Seo sebagai Bang Eun-Joo 
Han Eun-Sung sebagai Cheon Choong-Ki 
Kim A-Young sebagai Ko Eun-Bi 
Lee Do-Hye sebagai Yang Ji-Eun 

Sinopsis Welcome to Samdal-ri

Jo Yong Pil bekerja sebagai peramal cuaca di Pulau Jeju. Ia selalu tak ragu untuk mengutarakan pandangannya. Hingga membuat para pimpinan kewalahan dengan debat yang selalu bikin heboh. 

Ju Yong Pil sangat ahli dalam bidang cuaca karena ia hapal dengan siklus alam pulau Jeju. Hal ini membuatnya sering mendapatkan tawaran untuk pindah bekerja di kantor pusat di Seoul. Namun, ia selalu menolak tawaran tersebut. 

Dia pertama kali ingin menjadi peramal cuaca setelah ibunya meninggal karena ramalan cuaca yang salah. Ibunya dulu bekerja sebagai penyelam wanita. 

Sementara itu, sahabat masa kecil dan mantan kekasihnya yang bernama Jo Sam Dal bekerja sebagai fotografer fashion ternama dengan nama panggung Jo Eun Hye di Seoul. Dia berhasil mencapai puncak kariernya setelah bekerja keras sebagai asisten selama 8 tahun di industri tersebut.


Cho Sam Dal fotografer


Sayangnya, karena suatu hal ia terancam kehilangan kariernya sebagai fotografer. Jo Sam Dal kemudian harus kembali ke kampung halamannya di Samdalri. Di tempat tersebut Jo Sam Dal kembali bertemu dengan Jo Yong Pil setelah lama tidak berjumpa selama bertahun-tahun. Mereka kemudian semakin akrab hingga membuat hubungan keduanya berkembang romantis. 

Namun ada banyak halangan yang membuat keduanya memutuskan tak mungkin kembali bersama.

Review Welcome to Samdal-ri

Welcome to Samdal-ri memiliki fokus cerita pada dua orang tokoh yang diperankan oleh Ji Chang Wook dan Shin Hye Sun. Dua tokoh sentral yang menjadi nyawa dalam serial sepanjang 16 episode.

Ji Chang Wook memerankan tokoh bernama Jo Yong Pil. Ia telah bersahabat dengan Jo Sam Dal (diperankan oleh Shin Hyen Sun) sejak kecil. Bahkan kedua ibu mereka kayak janjian hamilnya bareng. Yang bikin surprise adalah hari kelahiran keduanya pun juga sama, hanya beda lima menit. Lucu banget sih.

Sejak kecil mereka selalu bersama. Ya karena kedua ibu masing-masing sahabatan. Meski selalu bersama, keduanya memiliki impian yang sangat berbeda.

Jo Yong Pil ingin menetap di kampung halamannya selamanya, sedangkan Cho Sam Dal ingin keluar dari kampung halamannya dan menetap di Seoul. Meski begitu Yong Pil juga punya impian bisa lolos seleksi menjadi pegawai ahli bidang cuaca di Swiss.

Banyak kejadian yang menggemaskan dari keduanya, terutama setelah mereka berjumpa lagi 8 tahun kemudian. Ketika Cho Sam Dal balik dari Seoul dengan alasan karirnya yang mendadak terhenti. Seperti ketika bertemu dalam acara bekerja bersama mengumpulkan hasil panen rumput laut.

Oh Sam Dal dan Yong Pil


Keduanya saling lempar rumput laut yang udah dikumpulkan dan  ditaruh di atas mobil pick up. Kejadian ini membuat oema Samdal marah dan mengusir keduanya dari tempat pengumpulan rumput laut.

Cho Sam Dal mengganti namanya menjadi Cho Eun Hye, memiliki karir sebagai fotografer handal. Namun sayangnya dia harus balik kembali ke Samdal Ri karena kasus asistennya yang mengaku bunuh diri akibat ditekan atau dibully Eun Hye. 

Sedih ya ketika bully yang sebenarnya justru terjadi dan dialami oleh Eun Hye. Akibat berita yang tidak seimbang, netizen yang selalu julid pun membela asisten Eun Hye tanpa tahu duduk perkara sebenarnya.

Sikap diam Eun Hye yang pasrah dan kembali ke rumah oema-nya di pulau Jeju, atau tepatnya di Samdal Ri, bikin orang tuanya terutama oema nya geram. Bukan hanya oema-nya, namun juga kakakanya Jindal dan si adik yang udah punya anak perempuan kritis dan cerdas.



Sikap setia dari kakak dan adiknya ini lah yang mendorong Cho Eun Hye balik ke desa kelahirannya. Tiga bersaudara ini udah terkenal banget menjadi tukang onar, suka menang sendiri, dan gila. Namun mereka saling suport tiap kali saudarinya mengalami masalah. 

Selain dua bersaudari yang menjadi suport system Cho Eun Hye, ada lagi empat sekawan yang semuanya laki-laki. Mereka adalah Yong Pil, Dang Su, Sang Do, dan Jo. Mereka berempat selalu siap menemani ketika Eun Hye mabuk atau sedih. Bahkan mereka siap mengantar ke rumah Eun Hye, so sweet banget ya persahabatnnya.



Kalo saya sih salut banget dengan Sang Do, meski udah lama menyukai Eun Hye namun dia tetap mau suport saat tahu gadis ini  masih suka pada Yong Pil. Dua kawan lainnya pun tak kalah setia, selalu ada untuk Eun Hye dan menjaganya dari wartawan licik yang datang dari Seoul.

Seruuu banget nonton Welcome to Samdal Ri, saya bahkan sampai mengulanginya tiga kali. Saking gemes dan nggak mau move on sih, hahahaa.

    
Terus terang saya yang belum ada satu tahun mulai menyukai nonton drakor, lebih memilih tontonan ringan. Yang penting ceritanya menghibur, seperti kesukaan Mbak Irawati, Blogger Buton Tengah yang memilih Film India sebagai tontonannya.

Bagi kalian yang belum nonton Welcome to Samdal Ri, bisa menyaksikannya di Netflix. Dijamin kalian bakal terharu biru dengan persahabatan lima sekawan. Juga hati kalian bakal meleleh menyaksikan kesetiaan warga desa, keluarga, dan teman-teman satu kelas Cho Sam Dal di Samdal Ri. Udah yaa review ala saya, sekian dan wassalamualaikum sahabat.
Reading Time: